I.PENDAHULUAN
Tanaman Cabai di sukai masyarakat Indonesia baik dimakan segar maupun olahan sebagai bahan bumbu masakan.
Di Indonesia tanaman ini dapat di tanam di daerah tegalan dengan kisaran ketinggian mulai dari 0 – 1000 m di atas permukaan laut di daerah bersuhu 26 - 280 C, curah hujan 1.000 – 3.000 mm/tahun pada zona sekitar katulistiwa (0 – 100 LU/LS). Kondisi tanah secara umum harus subur ber pH 6,0 – 7,0 berstruktur remah/ gembur, peresapan air dan sirkulasi udara lancar.
Untuk menghindari timbulnya berbagai masalah dalam budidaya cabai , terutama terhadap keamanan produk dan lingkungan, perlu dilakukan usaha budidaya yang baik. Dengan upaya-upaya yang dilakukan secara baik ini diharapkan usaha budidayanya dapat dilakukan secara berkelanjutan dan produknya aman untuk konsumsi.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membuat standar, yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan produksi cabai keiting, Standar Operasional Prosedur (SOP) ini memuat alur proses budidaya dari on-farm sampai penanganan pasca-panen sesuai dengan GAP (Good Agriculture Practices) yang dianjurkan.
II.TARGET
Target yang akan dicapai dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya ini adalah tercapainya produksi/hasil optimal, 0.5 kg/tanaman dan aman dikonsumsi, aman pemilik dan pekerja dan aman lingkungan
III.KEGIATAN
Peningkatan produksi dan mutu cabai memerlukan tata kelola budidaya yang meliputi perbaikan manajemen serta aplikasi budidaya dari pra-panen sampai dengan pasca panen. Tanpa
meninggalkan kearifan lokal dalam aplikasi budidaya pra-panen, perlu mempertimbangkan berbagai inovasi yang memungkinkan kegiatan manajemen lapangan yang lebih menguntungkan, seperti menggunakan mulsa plastik hitam perak.
Tanaman cabai dapat beradaptasi luas mulai dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi, tergantung dari varietas yang digunakan. Untuk memperoleh hasil buah yang optimal, selain dengan menggunakan varietas yang jelas, memiliki keunggulan mutu seperti tahan terhadap OPT, produktivitas tinggi, juga perlu diperhatikan penerapan teknologi budidaya yang baik.
Kegiatan budidaya yang dinilai berkaitan erat dengan tujuan dan target yang ditetapkan, adalah pemeliharaan, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT, panen dan penanganan pasca panen.
Varietas unggul bermutu pada cabai keriting merupakan hasil pemuliaan dalam negeri atau jenis introduksi yang telah dilepas.
I.PENYEDIAAN BENIH
A.Definisi :
Penyediaan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan benih cabai keriting bermutu darivarietas yang dianjurkan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat.
B.Tujuan :
1.Menyediakan benih bermutu yang dianjurkan sesuai dengan kebutuhan dalam jumlah
dan waktu yang tepat.
2.Menyediakan benih yang murni secara genetik, sehat, daya tumbuhnya baik dan mempunyai
daya adaptasi yang baik di lahan yang akan ditanami
C.Validasi/referensi
1.Jenis & Budidaya Cabai Merah (Deptan, 2006)
2.Pengalaman petani cabai keriting di Lembang Provinsi Jawa Barat
D.Bahan dan Alat
1.Benih (200 gr/ha)
2.Tanah/media tanam
3.Pupuk organik
4.Polybag/kantong plastik/baki pesemaian
5.Bambu/kayu
6.Gembor
E.Fungsi Bahan dan Alat
1.Benih digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan tanaman
2.Tanah dan atau media lain digunakan sebagai media semai
3.Pupuk organik digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah (tekstur dan struktur tanah)
4.Polybag, kantong plastik atau baki untuk wadah media semai
5.Gembor
F.Prosedur Pelaksanaan
1.Pemilihan benih
a.Gunakan varietas yang dianjurkan, sudah dilepas oleh Menteri Pertanian dan tersedia
dipasaran
b.Pilih benih bermutu tinggi (berdaya kecambah diatas 80%, adaptasi baik, mempunyai vigor
yang baik, murni, bersih dan sehat)
c.Pilih benih yang sesuai dengan iklim, musim tanam dan preferensi pasar
d.Gunakan benih yang tidak kadaluarsa
e.Simpan label benih
2.Pesemaian
a.Media tanam Media dari campuran pupuk organik, tanah dengan perbandingan 1:1
b.Pelaksanaan menyemai benih di bedeng persemaian
1)Siapkan media tanam pada baki pesemaian
2)Sebarkan secara larikan sepanjang bedengan, jarak antar larikan 3 – 6 cm, tutup dengan
lapisan tanah tipis-tipis
3)Lakukan pengamatan, penyiraman dan pengendalian OPT selama dipesemaian
4)Setelah terbentuk 2-3 helai daun sempurna yaitu ± 14-16 hari setelah semai, pindahkan
benih ke dalam polybag
5)Pindahkan bibit ke lahan setelah berumur 20 - 25 hari atau ditandai dengan 5 helai
daun sempurna.
6)Lakukan penanaman bibit pada pagi atau sore hari di bedengan yang telah disiapkan.
7)Benih yang disemai di polybag langsung ditanam di lahan setelah memiliki 5 helai
daun sempurna dan kondisi bibit seragam.
3.Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat.
G.Sasaran
1.Digunakannya benih bermutu dari varietas unggul untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik.
2.Digunakannya benih yang mempunyai tingkat kemurnian, daya tumbuh yang tinggi dan sehat (tidak membawa dan atau menularkan OPT) untuk pertanaman seragam dan produktifitas yang tinggi.
II.PERSIAPAN LAHAN
A.Definisi
Kegiatan persiapan lahan adalah kegiatan mempersiapkan lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, meliputi kegiatan persiapan/pengolahan lahan, pemupukan dasar dan atau pemasangan mulsa plastik
B.Tujuan
Mempersiapkan lahan dengan sebaik-baiknya agar pertumbuhan tanaman optimal.
C.Validasi/Referensi
1.Jenis & Budidaya Cabai Merah (Deptan, 2006)
2.Pengalaman petani cabai keriting di Lembang Provinsi Jawa Barat
D.Alat dan Bahan
1.Bambu/golok/pisau besar
2.Bajak/cangkul/sekop/garpu
3.Mulsa plastik
4.Pelubang mulsa plastik
5.Tali rafia/tambang plastik
6.Pupuk organik
7.Trisula
8.Gembor
E.Fungsi Bahan dan Alat
1.Bambu/golok/pisau besar, digunakan sebagai bahan dan alat membuat ajir dan pasak
penjepit mulsa.
2.Bajak/cangkul/sekop/garpu digunakan sebagai alat dalam proses pengolahan tanah yaitu
membersihkan sisa-sisa perakaran tanaman, menggemburkan, menghaluskan/me ratakan
tanah dan membuat guludan /bedengan.
3.Mulsa plastik untuk mengendalikan gulma, membantu perkembangan akar, mempertahan
kan suhu dan kelembaban tanah, mencegah erosi tanah, dan mengurangi penguapan air
dan pupuk.
4.Alat pelubang mulsa berdiameter 10 cm
5.Pupuk organik digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah sehingga lebih
meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
F.Prosedur Pelaksanaan
1.Pemilihan Lahan
a.Pilih lokasi lahan yang sebelumnya tidak ditanami tanaman dari family yang sama
(solanaceae) seperti
tomat, terong, melon, cabai, tembakau ; minimal 1 musim tanam.
b.Dianjurkan memilih lokasi lahan bekas ditanami dari family graminae seperti padi, jagung,
tebu atau dari family liliaceae seperti bawang merah, bawang bombay, dll.
2.Pengolahan Lahan
a.Lakukan pembersihan lahan dari sisa tanaman dan gulma.
b.Lakukan penggemburan lahan dengan cara mencangkul sampai kedalaman 25 – 30 cm,
kemudian lakukan perataan permukaan lahan
c.Buat lebar 1,0 – 1,25 meter, tinggi 30 cm dengan jarak antar bedengan 50 cm dan panjang
disesuaikan kondisi lahan
3.Pemasangan mulsa
a.Gunakan mulsa plastik hitam perak dengan lebar 100 – 125 cm, bagian plastik
berwarna perak
menghadap ke atas dan yang berwarna hitam menghadap ke tanah/bawah.
b.Tarik ujung mulsa, kaitkan pasak penjepit di tepi mulsa agar tidak mudah lepas dengan
bamboo pelipatan ke atas.
4.Pembuatan Lubang Tanam
a.Setelah mulsa terpasang, lanjutkan pembuatan lubang tanam pada mulsa dengan
menggunakan alat pelubang mulsa.
b.Buat lubang tanam menurut sistem (segi tiga)
5.Buat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yaitu 40 x 40 cm
6.Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat.
G.Sasaran
1.Tersedianya lahan dan bedengan untuk tempat tumbuh tanaman secara optimal.
2.Terpasangnya mulsa plastik untuk menutup permukaan bedengan, dengan lubang tanam yang mengikuti jarak tanam sesuai anjuran.
III.PENANAMAN
A.Definisi
Merupakan kegiatan memindahkan bibit dari persemaian ke lahan atau areal penanaman hingga tanaman
berdiri tegak dan tumbuh secara optimal di lapangan
B.Tujuan Menanam bibit di lahan
C.Validasi/Referensi
1.Budidaya Cabai Merah (Deptan, 2006)
2.Pengalaman petani cabai keriting di Lembang Provinsi Jawa Barat
D.Bahan dan Alat
1.Air
2.Bibit
3.Ember dan gayung/literan
E.Fungsi Bahan dan Alat
1.Air digunakan untuk membasahi tanah sehingga kelembaban tanah optimal dan tanaman tidak mengalami
kelayuan/ kekeringan.
2.Bibit digunakan sebagai bahan yang akan ditanam di bedengan yang telah disiapkan
3.Ember dan gayung/literan untuk penyiraman
F.Prosedur Pelaksanaan
1.Lakukan penanaman pada pagi atau sore hari agar bibit tidak layu akibat terik
cahaya matahari berlebihan.
2.Periksa bibit yang ditanam dan harus diseleksi terlebih dahulu. Batang tanaman harus tumbuh
lurus, perakaran banyak dan pertumbuhannya normal.
3.Tanam bibit dibedengan pada lubang mulsa, sebatas leher akar dan tanah disekitarnya
dipadatkan agar bibit berdiri kuat.
4.Lakukan penyiraman setelah penanaman.
5.Catat proses kegiatan penanaman benih ke lapangan.
G.Sasaran
Bibit dari persemaian dapat ditanam di bedengan yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang telah ditentukan agar tanaman tumbuh dengan optimal.
IV.PENGAIRAN
A.Definisi
Memberikan air sesuai kebutuhan tanaman di sekitar perakaran dengan air yang
memenuhi standar baku mutu pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat.
B.Tujuan
Menjamin ketersediaan air bagi tanaman untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan,
hanyut, air yang meresap ke dalam tanah, air aliran permukaan dan lainnya, sehingga
pertumbuhan dan proses produksinya optimal.
C.Validasi/Referensi
a.Budidaya Cabai Merah (Deptan, 2006)
b.Pengalaman petani cabai keriting di Lembang Provinsi Jawa Barat
D.Alat dan bahan
1.Air
2.Ember, Gayung/literan
E.Fungsi
1.Ember, Gayung/literan untuk menyiram tanaman (apabila jumlah air tidak mencukupi
untuk menggenangi parit bedengan).
F.Prosedur pelaksanaan
1.Lakukan penyiraman sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan menyirami pangkal
batang tanaman dengan gayung.
2.Lakukan dengan sistem leb sesuai dengan kebutuhan dengan interval 1 minggu di
musim kemarau.
3.Pada musim penghujan sistem pembuangan (drainase), atur supaya aliran air berjalan
lancar sehingga akar tanaman tidak tergenang air terlalu lama.
4.Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat.
G.Sasaran
Terjaminnya ketersediaan air bagi tanaman untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan, hanyut, air yang meresap ke dalam tanah air aliran permukaan dan lain-lain, sehingga pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal
V.PEMUPUKAN
A.Definisi
Penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila kandungan unsur hara dalam tanah tidak
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
B.Tujuan
Mempertahankan status hara tanah agar memenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan berproduksi dengan mutu yang optimal pula.
C.Validasi/Referensi
1.Budidaya Cabai Merah (Deptan, 2006)
2.Pengalaman petani cabai keriting di Lembang Provinsi Jawa Barat
D.Bahan dan Alat
1.Kotoran kambing
2.Pupuk anorganik NPK, TSP, KCl, KNO3
3.Ember/tong/ gayung/literan
4.Air
E.Fungsi
1.Pupuk organik digunakan untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah
2.Pupuk anorganik, digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan
tanaman dalam bentuk pupuk tunggal maupun majemuk
3.Ember sebagai tempat/wadah air
F.Prosedur Pelaksanaan
1.Pupuk Cair 1 (induk)
1)Campur Kotoran kambing 100 kg + 10 kg NPK 10, 10 kg TSP, 10 KG KCL, masukkan
dalam Tong
plastic/bak ukuran 200 l
2)Aduk setiap hari hingga hancur, selama 14 hari siap digunakan.
2.Pupuk Cair ke 2
1)Ambil pupuk cair 1 sebanyak 3 liter
2)Tambahkan KNO3 1 kg
3)Aduk hingga rata
4)Tambahkan air hingga 200 liter
3.Pemberian pupuk
1)Tanaman masih muda cukup 100 cc
2)Udah dewasa 250 cc
3)Tanaman berbuah tambah KNO3 pada larutan pupuk cair 2 sebanyak 1 kg
4.Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat.
G.Sasaran
Terpenuhinya kebutuhan hara tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan berproduksi dengan mutu yang optimal.
VI.PEMASANGAN AJIR
A.Definisi
Merupakan kegiatan memasang penyanggah/ penopang dekat dengan tanaman cabai.
B.Tujuan
Membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi kerusakan fisik tanaman yang disebabkan beban buah
dan tiupan angin, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, mempermudah pemeliharaan.
C.Validasi/Referensi
1.Budidaya Cabai Merah (Deptan, 2006)
2.Pengalaman petani cabai keriting di Lembang Provinsi Jawa Barat
D.Bahan dan Alat
1.Bambu/kayu
2.Golok/pisau
3.Tali rafia
E.Fungsi Bahan dan Alat
a.Bambu/kayu digunakan sebagai bahan pembuat ajir
b.Golok/pisau digunakan untuk membuat ajir.
c.Tali rafia digunakan untuk mengikat tanaman pada ajir.
F.Prosedur Pelaksanaan
1.Buat ajir dari bambu/ kayu dengan ukuran 4 x 100 cm.
2.Pasang ajir sesegera mungkin setelah tanam. Tancapkan 10 cm dari tanaman sedalam
15 – 20 cm dengan posisi miring keluar atau tegak lurus atau diatur sedemikian rupa
sehingga dapat
menopang tanaman secara kuat.
3.Ikat tanaman pada ajir dengan tali rafia setelah tanaman berumur 30 – 40 hari setelah
tanam atau ditandai setelah adanya cabang pertama.
4.Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat.
G.Sasaran
Terpasangnya ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman agar tumbuh tegak.
VII.PEREMPELAN /WIWIL
A.Definisi
Merupakan kegiatan membuang tunas air dengan membiarkan tunas keempat
dan seterusnya.
B.Tujuan
1.Mengatur keseimbangan nutrisi dan asimilat untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
2.Untuk membentuk tajuk tanaman yang ideal sehingga terjadi partisi sinar matahari yang
efektif untuk energi fotosintesis.
3.Mempermudah pemeliharaan
C.Validasi/Referensi
1.Jenis & Budidaya Cabai Rawit (Setiadi, Penebar Swadaya, 2002)
2.Pengalaman petani cabai rawit Provinsi Jawa Timur
D.Alat
Wadah /ember
E.Fungsi Alat
Wadah / ember digunakan untuk menampung wiwilan
F.Prosedur Pelaksanaan
1.Lakukan perempelan/wiwil pada waktu pagi hari.
2.Lakukan perempelan/wiwil tunas di ketiak daun pada umur 10 – 12 HST (bibit dari polybag)
atau15 – 30 HST (bibit cabutan)
3.Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat.
G.Sasaran
1.Terbentuk keseimbangan nutrisi dan asimilat untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
2.Terbentuk tajuk tanaman yang ideal sehingga terjadi partisi sinar matahari yang efektif
untuk energi fotosintesis.
3.Mempermudah pemeliharaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar